SUKABUMI — Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Sukabumi sejak Minggu (3/8/2025) sore hingga malam memicu bencana banjir dan longsor di sejumlah titik. Sedikitnya 10 kecamatan dan 24 desa terdampak, dengan total lebih dari 170 rumah rusak atau terendam, serta ratusan warga terdampak. Meski tidak ada korban jiwa, kebutuhan bantuan mendesak menjadi sorotan utama.
Berdasarkan laporan resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi yang dirilis Senin (4/8) pukul 10.00 WIB, curah hujan tinggi yang terjadi sejak pukul 17.00 hingga 20.00 WIB menyebabkan peningkatan debit air sungai dan kejenuhan tanah di sejumlah wilayah. Genangan banjir setinggi 50–80 cm merendam permukiman warga dan mengganggu arus lalu lintas. Di sisi lain, longsor terjadi di beberapa titik perbukitan dan lereng yang rawan.
Manajer Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD Sukabumi, Daeng Sutisna, menyebut bahwa meski tidak ada korban luka maupun jiwa, kerugian materil cukup besar dan kebutuhan warga sangat mendesak.
“Bencana alam yang disebabkan cuaca ekstrem ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun kerusakan rumah dan gangguan terhadap fasilitas umum cukup signifikan. Warga sangat membutuhkan bantuan segera,” ujar Daeng kepada Radar Sukabumi.
Daeng merinci, Kecamatan Nagrak menjadi wilayah dengan jumlah terdampak terbanyak, yakni 11 kepala keluarga (KK) atau 36 jiwa. Disusul Kecamatan Kadudampit dengan 2 KK (9 jiwa), Cidahu 2 KK (5 jiwa), Bojonggenteng dan Parakansalak masing-masing 1 KK, serta Cisaat 1 KK. Sementara data dari Kecamatan Cicurug dan Parungkuda masih dalam proses verifikasi.
“Laporan awal mencatat 2 rumah rusak berat, 7 rumah rusak sedang, dan 52 rumah rusak ringan. Selain itu, sekitar 115 rumah terendam banjir, meskipun sebagian besar air sudah mulai surut dan proses pembersihan material lumpur telah dilakukan,” tambahnya.
Fasilitas umum juga ikut terdampak. Dua titik tanggul penahan tanah (TPT) dilaporkan rusak, satu bangunan PAUD terdampak, sementara data kerusakan pada saluran irigasi, tempat ibadah, sekolah lain, dan perkantoran masih dalam proses pendataan. Gangguan terhadap pelayanan publik juga terjadi akibat akses jalan yang terganggu, menghambat mobilisasi warga dan distribusi bantuan.
Menurut Daeng, potensi bencana susulan masih mengintai, terutama jika hujan kembali turun dengan intensitas tinggi. Kawasan dengan tanah labil dan sistem drainase buruk menjadi perhatian khusus untuk pemantauan berkelanjutan.
Wilayah terdampak paling luas tercatat di Kecamatan Cicurug, dengan enam desa mengalami banjir, termasuk Kampung Kebon Cau, Kampung Babakan Kembang Cibeber Hilir, dan Kampung Cibeber. Kecamatan Parungkuda mencatat tujuh desa terdampak. Wilayah lainnya seperti Nagrak, Cidahu, Bojonggenteng, Parakansalak, Caringin, Cisaat, dan Ciambar juga mengalami dampak serupa.
“Bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor kini menjadi tantangan tahunan bagi Sukabumi. Kolaborasi antarinstansi, mitigasi risiko sejak dini, serta kesadaran masyarakat menjadi kunci dalam mengurangi dampak di masa mendatang. Untuk saat ini, solidaritas dan kecepatan bantuan menjadi kebutuhan utama warga terdampak,” tegas Daeng.
BPBD Kabupaten Sukabumi menyatakan bahwa taksiran kerugian masih dalam proses pendataan. Namun, dengan jumlah rumah terdampak yang mencapai lebih dari 170 unit dan banyaknya fasilitas umum terganggu, nilai kerugian diperkirakan cukup signifikan.
Adapun kebutuhan mendesak yang sangat dibutuhkan warga terdampak meliputi sembako, perlengkapan rumah tangga, pakaian dewasa pria dan wanita, seragam sekolah, alat tulis, serta obat-obatan. Pemerintah daerah diimbau untuk segera mengoordinasikan bantuan dan mempercepat proses asesmen serta pendataan lanjutan.(den/d)