SUKABUMI – Sejumlah nelayan di wilayah Minajaya, yang berada di Desa Buniwangi, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, menyuarakan keluhan soal merosotnya harga jual Benih Bening Lobster (BBL) atau yang dikenal benur.
Harga yang kini hanya dihargai Rp 800 per ekor dinilai sangat tidak layak dan memberatkan para nelayan kecil yang menggantungkan hidup dari hasil tangkapan tersebut.
Keluhan ini disampaikan langsung para nelayan saat menerima kunjungan Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi beberapa waktu lalu. Kunjungan itu dilakukan setelah rombongan Dinas menghadiri sosialisasi perizinan tambak udang oleh PT Berkah Semesta Maritim (BSM) di Desa Buniwangi, yang dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Perikanan bersama sejumlah pejabat bidang teknis.
“Permintaan untuk menemui kami datang dari HNSI Minajaya. Saat tiba, nelayan sudah menunggu dan langsung menyampaikan berbagai aspirasi, terutama soal harga BBL yang dinilai tidak berpihak kepada nelayan,” ujar Nunung Nurhayati, kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi kepada Radarsukabumi saat diwawancara belum lama ini. Minggu (8/6/2025).
Dalam pertemuan tersebut, kata Nunung nelayan mendesak adanya perhatian serius dari pemerintah daerah. Mereka berharap sistem mata rantai pemasaran BBL dapat dibenahi, agar nelayan tidak terus dirugikan oleh tengkulak atau perantara. Para nelayan juga mengusulkan dibentuknya koperasi atau badan usaha milik nelayan untuk memperkuat posisi tawar di pasar.
“Harapan mereka, harga BBL di tingkat nelayan bisa adil, tidak dipermainkan tengkulak, nelayan juga meminta agar ada pembinaan dan fasilitas pemasaran langsung ke pembeli besar,” jelas Nunung.
Tidak hanya itu, lanjut Nunung, para nelayan juga meminta peninjauan kembali terhadap kuota tangkapan BBL yang saat ini dinilai tidak sebanding dengan potensi dan kebutuhan ekonomi masyarakat. Para nelayan berharap kuota bisa ditambah secara proporsional agar pendapatan mereka meningkat.
“Terkait rencana pembangunan tambak udang oleh PT BSM, nelayan menyatakan dukungan bersyarat. Mereka menginginkan adanya pembangunan dermaga di Minajaya dan tempat labuh perahu di wilayah Cicaladi, sebagai kompensasi dan penunjang aktivitas nelayan setempat,” tutupnya.
Menanggapi berbagai aspirasi itu, Nunung Menegaskan Dinas Perikanan telah menyampaikan sejumlah langkah konkret. Di antaranya, akan dilakukan penelusuran dan analisis rantai distribusi BBL dari nelayan hingga ke pembeli akhir, guna mengetahui titik-titik lemah yang menyebabkan harga jatuh.
“Kami juga sudah membentuk grup komunikasi khusus via WhatsApp bersama nelayan Minajaya untuk mempercepat koordinasi, penyampaian informasi perizinan, regulasi, dan pemasaran BBL,” terang Nunung.
Selain itu, kata Nunung lagi, dinas Perikanan meminta koperasi serta para pengepul di wilayah Minajaya untuk segera menyerahkan data lengkap tangkapan dan potensi BBL.
“Data ini akan dijadikan dasar dalam pengajuan penambahan kuota tangkapan ke kementerian terkait,” paparnya.
Halaman: 1 2