Nama Tokoh Agama Dicatut, MUI dan FKUB Sukabumi Klarifikasi Video Dukungan Wisata Blok Cangkuang

1 day ago 9

SUKABUMI – Beredarnya sebuah video di media sosial yang menampilkan seorang konten kreator asal Sukabumi bersama sejumlah tokoh agama di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menuai sorotan dan reaksi keras dari masyarakat, khususnya warga Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.

Video tersebut dinilai seolah-olah mengklaim adanya dukungan para ulama terhadap aktivitas wisata di Gunung Salak Blok Cangkuang, kawasan yang kini tengah menjadi perhatian publik karena diduga bersinggungan dengan perusakan lingkungan.

Video berdurasi 48 detik itu diunggah oleh seorang konten kreator asal Cidahu dan dengan cepat menyebar di media sosial. Konten tersebut memicu kemarahan warga, lantaran Blok Cangkuang dikenal sebagai kawasan vital penyangga air yang selama ini dijaga ketat oleh masyarakat. Klaim dukungan tokoh agama dinilai berpotensi menyesatkan publik sekaligus menormalisasi aktivitas wisata di wilayah yang sensitif secara ekologis.

Menanggapi polemik tersebut, Ustadz Sihabudin, perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sukabumi yang terlihat dalam video, menyampaikan klarifikasi terbuka. Ia menegaskan tidak pernah memberikan dukungan terhadap aktivitas wisata di kawasan Blok Cangkuang.

“Memang benar dalam konten yang beredar ada saya. Namun itu hanya sesi foto setelah saya memenuhi ajakan salah satu tokoh di wilayah Cicurug. Pada saat itu saya tidak mengenal siapa pun yang berada di lokasi, kecuali tokoh yang mengajak saya,” kata Ustadz Sihabudin, Kamis (18/12).

Ia menjelaskan, kehadirannya di wilayah Cidahu murni dalam rangka menjalankan tugas organisasi dan kegiatan kelembagaan FKUB yang telah dijadwalkan sebelumnya. Menurutnya, tidak ada pembicaraan maupun permintaan dukungan terkait aktivitas wisata di Blok Cangkuang.

“Saya sama sekali tidak tahu-menahu soal keberadaan tempat wisata itu, siapa pengelolanya, ataupun kegiatannya. Saya tidak pernah memberikan dukungan apa pun. Saat itu saya hanya diajak makan oleh rekan di Cidahu,” tegasnya.

Atas kegaduhan yang timbul, Ustadz Sihabudin menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, para tokoh, dan pegiat lingkungan yang merasa resah akibat beredarnya video tersebut.

“Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila konten tersebut menimbulkan keresahan dan kegaduhan di tengah masyarakat,” katanya.

Reaksi keras warga Cidahu muncul karena kekhawatiran akan dampak ekologis jika kawasan Blok Cangkuang dibuka untuk aktivitas wisata. Warga menilai wilayah tersebut memiliki fungsi strategis sebagai daerah resapan air. Mereka khawatir, pembiaran aktivitas wisata tanpa kajian lingkungan yang matang dapat memicu bencana, seperti banjir dan longsor, sebagaimana yang pernah terjadi di sejumlah wilayah lain akibat kerusakan hutan.

Diketahui, video tersebut diunggah pada Sabtu dan langsung menuai kritik luas. Pada Minggu (14/12/2025), video itu dilaporkan telah dihapus dari akun media sosial konten kreator asal warga Cidahu. Meski demikian, jejak polemik terlanjur menyebar dan memicu desakan publik agar ada penjelasan terbuka dari pihak terkait.

Klarifikasi serupa juga disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Cicurug, Moch Endang Sana’ul Ahza, yang turut terlihat dalam video tersebut. Melalui video klarifikasi berdurasi 1 menit 39 detik yang ditujukan kepada Forkopimda Kabupaten Sukabumi serta jajaran pengurus MUI wilayah dan kabupaten, Endang menegaskan bahwa narasi dukungan ulama terhadap aktivitas wisata di Blok Cangkuang tidak benar.

“Terkait dugaan yang disampaikan oleh Mang Kifly dengan narasi yang mungkin spontan, bahwa ulama se-Cidahu dan se-Cicurug mendukung tempat rekreasi, itu tidak benar,” ujarnya.

Endang menjelaskan bahwa kehadirannya di lokasi tersebut semata-mata untuk bersilaturahmi dengan seseorang dan tidak memiliki tujuan lain. Ia menyebut sesi foto yang terjadi dimanfaatkan secara spontan oleh konten kreator untuk membuat konten tanpa sepengetahuan dan persetujuannya.

“Setelah sesi berfoto, kemudian secara spontan Mang Kifly datang dan langsung membuat konten seperti itu. Oleh karena itu, atas kegaduhan yang terjadi, saya memohon maaf sebesar-besarnya atas nama pribadi dan atas nama MUI Kecamatan Cicurug kepada semua pihak,” bebernya.

Sebagai penegasan, Endang kembali menyatakan bahwa pernyataan dalam konten tersebut tidak benar dan tidak mewakili sikap MUI.

“Sekali lagi, apa yang disampaikan dalam konten tersebut semuanya tidak benar dan tidak mewakili MUI,” pungkasnya.

Hingga kini, warga Cidahu bersama pegiat lingkungan masih mendesak adanya penjelasan resmi serta langkah tegas dari pihak berwenang terkait aktivitas wisata dan dugaan perusakan lingkungan di kawasan Gunung Salak Blok Cangkuang, pungkasnya. (Den)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |