Fimela.com, Jakarta Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini bukan lagi sekadar topik masa depan—teknologi ini sudah menjadi bagian nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari membantu belajar, mempercepat pekerjaan, hingga mendukung kreativitas, AI hadir dalam berbagai bentuk yang mudah dijangkau, terutama lewat perangkat seluler.
Di tengah pesatnya perkembangan ini, anak muda—khususnya Gen Z—tampil sebagai generasi yang paling cepat beradaptasi. Mereka tidak hanya menjadi pengguna aktif, tetapi juga memiliki pandangan yang optimis dan realistis terhadap potensi AI dalam membentuk masa depan mereka.
Hal ini tercermin dalam hasil Survei AI 2024 dari Samsung Electronics, yang memberikan gambaran menarik tentang bagaimana anak muda di Asia Tenggara memanfaatkan AI untuk berkembang secara pribadi, profesional, dan sosial.
AI Sudah Jadi Bagian Hidup, Bukan Sekadar Teknologi Masa Depan
Bagi Gen Z di wilayah Asia Tenggara, AI bukan lagi teknologi yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Dari survei yang dilakukan di lima negara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand), terungkap bahwa AI paling banyak digunakan untuk:
- Belajar (78%)
- Kreativitas (56%)
- Mendapatkan informasi (38%)
Di Indonesia sendiri, trennya sedikit berbeda tapi tetap kuat: 73% anak muda menggunakannya untuk belajar, 56% untuk berkreasi, dan 32% untuk informasi.
Menariknya, 60% anak muda di kawasan ini mengakses AI lewat perangkat seluler, dan di Indonesia jumlahnya lebih tinggi—78%. Samsung memanfaatkan tren ini melalui inovasi Galaxy AI yang tertanam dalam seri Galaxy S25 dan perangkat lainnya yang dirancang untuk membuat AI lebih mudah diakses dan bermakna.
Optimisme Tinggi, Tapi Tetap Realistis soal Masa Depan Karier
Meski antusias menyambut teknologi, Gen Z tidak menutup mata terhadap tantangannya. Sebanyak 65% anak muda di Asia Tenggara percaya AI akan menciptakan lapangan kerja baru, bahkan 72% di Indonesia meyakini hal tersebut. Tapi, pada saat yang sama, 81% juga sadar bahwa AI bisa menggantikan beberapa jenis pekerjaan.
Respons mereka? Bukan panik, tapi siap belajar dan adaptasi. Tercatat 70% responden ingin meningkatkan keterampilan mereka dalam AI, agar tetap relevan di masa depan. Samsung turut mendukung semangat ini lewat program global seperti 'Solve for Tomorrow' dan 'Samsung Innovation Campus' yang fokus membekali anak muda dengan ilmu AI, IoT, dan Big Data.
Media Sosial: Faktor Terbesar yang Mempengaruhi Cara Gen Z Melihat AI
Dalam membentuk pandangan anak muda tentang AI, media sosial jadi pemain utama. Sekitar 77% anak muda Asia Tenggara, dan 82% anak muda Indonesia, menyebut media sosial sebagai sumber utama mereka belajar dan tertarik pada AI. Disusul oleh pengaruh perusahaan teknologi (73%) dan lingkar sosial terdekat (57%).
Maka tak heran jika perusahaan seperti Samsung juga mengedepankan AI yang aman dan bertanggung jawab, terutama dalam hal privasi dan perlindungan data. Fitur seperti 'Personal Data Engine' dan 'Knox Vault' memastikan bahwa pengguna, khususnya generasi muda, bisa menggunakan AI dengan percaya diri, aman, dan terarah.
Dapat disimpulkan bahwa AI kini bukan sekadar masa depan. Di tangan Gen Z Asia Tenggara, teknologi ini telah menjadi alat untuk belajar, berkarya, dan menciptakan perubahan. Dengan dukungan perangkat yang tepat, pendidikan yang inklusif, dan pendekatan yang aman, masa depan AI terlihat menjanjikan—bukan hanya untuk kemajuan teknologi, tapi juga untuk kebaikan sosial yang lebih luas.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.